Kisah Azlina, Saat Dua Jam Mati Suri di MMC Melaka

Diperlihatkan Berbagai Kejadian di Akhirat
(dipetik dari laman dudung.net)

Sempat dinyatakan meninggal dunia, Aslina alias Iin (23) ternyata mengalami mati suri selama dua jam dan koma dua hari dua malam. Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bengkalis itu mengaku selama mati suri, ia diperlihatkan berbagai kejadian alam barzah dan akhirat, serta beberapa kejadian yang menyangkut amal dan perbuatan manusia selama di dunia.

Di hadapan sekitar 50-an orang, terdiri dari pegawai honor tenaga kesehatan Bengkalis, warga masyarakat serta sejumlah wartawan, Aslina, Rabu (3/9) kemarin, di aula studio TV Sri Junjungan Televisi (SJTV) Bengkalis, mengisahkan kejadian ghaib yang dialaminya itu.

Menurut penuturan Iin yang didampingi pamannya, Rustam Effendi, sejak tiga tahun lalu ia menderita penyakit kelenjar gondok alias hiper teroid. Karena penyakitnya itu, Pada 25 Agustus silam, gadis ini ditemani Rustam Effendi berobat ke rumah sakit Mahkota Medical Center (MMC) Malaka. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, dokter mengatakan operasi baru bisa dilakukan setelah tiga bulan, karena waktu itu tekanan darah tinggi.

Namun pada Sabtu (26/8) tengah malam, kondisi anak sulung tiga bersaudara ini kritis, koma. Sang paman sempat memandunya membaca dua kalimat syahadat dan kalimat toyibah (Lailahailallah) sebanyak dua kali.

Waktu ajal menjemput, tutur sang paman, Aslina sempat melafazkan kalimat toyibah dan syahadat. Secara perlahan-lahan gadis yang bekerja sebagai honorer di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Bengkalis ini tak bernafas. Tepat pukul 02.00 waktu Malaysia, indikator monitor denyut jantung terlihat kosong atau berupa garis lurus.

Tak pelak situasi ini membuat Rustam sedih, kemudian beberapa dokter MMC Malaka terlihat sibuk memeriksa dan mengecek kondisi Aslina. Waktu itu dia sempat menghubungi keluarnya di Bengkalis untuk memberitahu kondisi terakhir Aslina. Untungnya setelah dua jam ditangani dokter, monitor terlihat kembali bergerak yang menandakan denyut jantung gadis yatim ini berdenyut lagi. Untuk perawatan lebih lanjut, Aslina dimasukan ke ruang ICU dan baru dua hari dua malam kemudian ia dinyatakan melewati masa kritisnya.

Bertemu Sang Ayah
Menurut pengakuan Aslina, dia melihat ketika nyawanya dicabut oleh malaikat. Waktu itu, nyawanya dicabut dari kaki kanan oleh malaikat. "Rasanya sangat sakit, kulit seperti disayat, dibakar dengan minyak,"tuturnya.

Setelah roh berpisah dengan jasad, dia menyaksikan orang-orang yang masih hidup dan jasadnya terbaring di tempat tidur. Kemudian dibawa dua malaikat menuju ke suatu tempat. Aslina mempunyai keinginan untuk bertemu dengan ayahnya yang sudah lama meninggal, bernama Hasan Basri. "Wahai ayahku bisakah aku bertemu denganmu. Aku sangat rindu, oh ayah," ucapnya.

Memang di tempat itu Aslina bertemu dengan sosok pria muda berusia 17 tahun dengan wajah bersinar dan berseri-seri. Melihat sosok pria muda tersebut, Aslina tetap ngotot ingin bertemu dengan sang ayah. Kemudian, kedua malaikat memperkenalkan bahwa pria muda tersebut adalah ayahnya. Tentunya dia tidak menyangka karena waktu meninggal dunia, ayahnya berusia 55 tahun.

Kemudian sang ayah bertanya kepada Aslina, maksud kedatangannya. Dia menjawab kedatangannya semata-mata memenuhi panggilan Allah SWT. Sang ayah menyuruh Aslina tetap pulang untuk menjaga adik-adiknya di dunia. Namun Aslina menjawab bahwa dirinya ke sini, memenuhi panggilan Allah. Waktu itu juga, dia menyebut rukun Islam satu persatu.

Setelah berdialog dengan ayahnya, dua malaikat tadi membawa Aslina ke suatu tempat yang dipenuhi wanita memakai baju rapi dan berjilbab. Di situ, dia disalami dan dicium pipi kanan-kiri oleh wanita-wanita Muslimah tersebut. Tidak hanya itu, Aslina juga bertemu dengan 1.000 malaikat dengan wajah berseri dan seluruhnya sama.
Di tempat itu, Aslina duduk di kursi yang sangat empuk. Bila di dunia empuk kursi tersebut seakan dilapisi delapan busa. Ketika duduk, tiba-tiba sosok wanita berseri mirip dengan dirinya menghampiri. Dia bertanya kepada sosok wanita tersebut. "Saya adalah roh dan amal ibadah mu selama di dunia," kata wanita tersebut.

Kemudian Aslina ditemani amalnya (sosok wanita, red) dan dua malaikat menyaksikan beberapa kejadian di akhirat. Di antaranya, ada seorang pria berpakaian compang-camping, badannya bernanah dan bau busuk.

Tangan dan kaki dirantai sementara di atasnya memikul besi seberat 500 ton. Melihat kejadian itu, Aslina bertanya kepada amalnya. Rupanya pria tersebut semasa hidupnya suka membunuh dan menyantet (teluh) orang.

Kejadian selanjutnya yang ia lihat, seorang yang disebat dengan rotan panjang sehingga kulit dan dagingnya mengelupas dari badan. Ternyata orang tersebut selama hidup tak pernah sholat bahkan menjelang ajal menjemput pun tak pernah menyebut sahadat.

Aslina juga melihat, dua pria saling membunuh dengan kapak. Menurut keterangan amalnya, rupanya orang tersebut suka menodong dan memeras orang lain.
Kemudian gambaran, seorang ustat yang dihantam dengan lahar panas yang mendidih. Kembali Aslina bertanya. Ustad tersebut selama hidup suka berzina dengan istri orang lain.

Kejadian berikutnya, seorang ditusuk dengan pisau sebanyak 80 kali. Ini menunjukan orang tersebut suka membunuh dan tidak pernah dipertanggungjawabkan selama di dunia.

Kejadian terakhir, seorang ibu tua dihempaskan berkali-kali ke lantai. Di lantai tersebut terdapat pisau tegak dan dia tersungkur lalu mengenai tubuhnya, hingga mati. Gambaran tersebut menunjukan, selama hidupnya wanita tersebut merupakan anak durhaka, yang tidak mengakui ibunya yang pikun. Bahkan dia malu kepada orang lain.

Kisah tentang mati suri dan berbagai pengalaman ghaib yang dialami Aslina alias Iin (23), membuat heboh masyarakat Bengkalis, khususnya warga desa Pematang Duku, kecamatan Bengkalis, yang antara percaya dan tidak dengan cerita dalam mati suri itu. Berikut lanjutan kisah 'perjalanan ghaib' yang dituturkan Aslina Rabu silam di aula studio SJTV Bengkalis.

Menurut Aslina, setelah dirinya diperlihatkan dengan kejadian dan gambaran manusia, ia kemudian dibawa melewati malam yang sangat gelap gulita. Saking gelapnya, dia tidak bisa melihat amalnya dan dua malaikat yang mendampingi. Ketika kakinya berjalan tiga langkah, terdengar suara orang berzikir. Kemudian sang amal menyuruhnya untuk cepat menangkap suara tersebut. Tapi Aslina tidak bisa menangkap. Tiba-tiba waktu itu, lehernya dikalungi seutas rantai. Setelah dipegang ternyata rantai tersebut berupa tasbih sebanyak 99 butir.

Terdengar suara yang memerintahkan Aslina untuk berzikir selama dalam perjalanan. Dia berjalan lagi sepanjang tujuh langkah, namun waktunya sama dengan 10 jam waktu di dunia. Ketika sampai pada langkah ke tujuh, dia melihat wadah menyerupai tapak sirih berisi cahaya yang terpancar melalui lobang-lobangnya. Berkat cahaya tapak sirih tersebut, dia bisa melihat dan membaca tulisan Arab, berbunyi 'Husnul Khotimah'.

Di belakang tulisan itu terlihat gambar Ka'bah. Ketika melihat tulisan dan gambar Ka'bah seketika, dia dan amalnya tersenyum seraya mengucapkan Alhamdulillah.
Aslina mendekati cahaya itu dan mengambilnya, kemudian disapukan ke mukanya. Ketika malam yang gelap gulita itu menjadi terang benderang.

Nabi Muhammad
Setelah berjalan sekian jauh, dia mendengarkan suara azan yang suaranya tidak seperti di Indonesia, namun bernada Mekkah. Kepada amalnya, dia meminta waktu untuk menunaikan sholat. Setelah mengerjakan sholat, roh Aslina hijrah ke tempat lain dengan perjalanan 40 hari. Tempat yang dituju kali ini adalah Masjid Nabawi di Madinah. Di masjid itu dia menyaksikan makam Nabi Muhammad dan sahabatnya. Di makam Nabi ada pintu bercahaya, terlihat sosok Nabi Muhammad sedang memberi makan fakir miskin.

Tidak hanya itu di Masjid Nabawi, dia kembali diperlihatkan kejadian menakjubkan. Tiba-tiba cahaya 'Husnul Hotimah' yang ada di tangannya lepas, kemudian mengeluarkan api yang menerangi seluruh ruangan sehingga makam Nabi terlihat jelas. Waktu itu dari balik makam Nabi, dia melihat sosok manusia, berwajah ganteng menyerupai malaikat, kulit langsat, mata sayu, pandangan luas terbentang dan tajam. "Raut muka seperti orang Asia (oval, red) namun tidak kelihatan kepalanya. Tapi saya yakin sosok manusia tersebut adalah Nabi Muhammad," katanya.

Melihat peristiwa itu, lantas Aslina bertanya kepada malaikat dan amalnya. "Kenapa cahaya tersebut menerangi Nabi Muhammad, sehingga saya bisa melihat.
Dan kenapa wajah Nabi bercahaya?" Dijawab bahwa Anda adalah orang yang mendapat syafaat dan hidayah dari Allah. Mengenai wajah nabi yang bercahaya, karena selama mengembangkan agama Islam selalu mendapat tantangan.

Perjalanan tidak di situ saja, Aslina dan pengawalnya berbalik arah untuk pulang. Rupanya ketika dalam perjalanan pulang dia kembali menyaksikan, jutaan umat manusia sedang disiksa dan menderita di sebuah lapangan. Orang-orang tersebut meronta dan berdoa minta agar kiamat dipercepat. Karena sudah tak tahan lagi dengan siksaan. Mereka mengaku menyesal dan minta dihidupkan kembali agar bisa bertaubat. "Jarak Aslina dengan mereka hanya lima meter, namun tak bisa memberikan pertolongan," ujarnya.

Selama melihat kejadian itu, Aslina membaca Al Quran 30 juz, Hafis (hafal) dan khatam tiga kali. Kemudian membaca surat Yasin sebanyak 1000 kali dan shalawat kepada seluruh nabi (Adam sampai Muhammad). Aslina berlari sepanjang Arab Saudi atau sepanjang Sabang sampai Marauke seraya menangis melihat kejadian tersebut.

Aslina juga ingin diperlihatkan apa yang terjadi pada dirinya dikemudian hari. Namun sebelumnya dia diminta oleh malaikat untuk berzikir. Lamanya zikir yang dilakukan Aslina selama dua abad dan dua pertukaran zaman. Hal ini ditandai dengan 1 Syawal yang jatuh pada tanggal 31 Desember. Selesai berzikir, Aslina mendengar suara yang seperti ditujukan kepadanya.
"Sadarlah wahai umat-Ku, kau sudah Ku matikan.
Sampaikan kepada umat-Ku, apa yang Ku perlihatkan.
Sampaikan kepada umat-Ku, umat-Ku, Umat-ku."

Kejadian Aneh
Usai pengambilan gambar dan wawancara, terdapat kejadian aneh di gedung SJTV Bengkalis. Saat itu, Aslina sudah keluar dari ruangan menuju gedung Radio Pemda yang berjarak 25 meter. Ketika krew SJTV hendak mematikan monitor, ternyata tak bisa dimatikan. Namun anehnya muncul sosok bayangan putih bertubuh tegap dengan rambut terurai hingga ke pusar dan kepalanya bertanduk. Tentunya hal ini membuat para krew dan orang-orang yang menyaksikan heran, lantas momen ini diabadikan pengunjung dan krew SJTV.

Setelah Aslina keluar dari ruangan Radio Pemda, ditanyakan apakah sosok tersebut. Dia menjawab bahwa sosok tersebut merupakan jin. Menutup pengalaman ghaib anak penakik getah itu, sang Paman Rustam Effendi kepada wartawan menyebutkan, selama ini Aslina merupakan sosok yang pendiam dan kurang percaya diri (PD). Namun setelah kejadian ini banyak hal-hal yang berubah, mulai dari penampilan hingga tingkah laku. Bahkan dari warna kulitnya saat ini lebih bersih dan berseri. Mengenai amalannya, "Selama ini dia memang rajin mengerjakan shalat tahajud dan membaca Al Quran setiap hari," kata sang paman menutup kisah tersebut. ***

-------
Adi Sutrisno,
Wartawan Riau Mandiri

Matematika Allah

dipetik dari laman http://freddysetiawan.wordpress.com

“Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya, lagi Maha Melihat“
(Q.S Asy Syura : 27)

——————————————————————————–

Rp 1,500 – = Rp 600,000 – (Matematika Allah)

Sebuah tulisan oleh Bayu Gawtama(Indonesia), 12 Ramadhan 1428 H

Jum’at lalu, saya berangkat ke kantor dengan dada sedikit berdegub. Melirik ukuran bensin di dashboard motor, masih setengah. “Yah cukuplah untuk pergi pulang ke kantor“.

Namun, bukan itu yang membuat dada ini tak henti berdegub. Uang di kantong saya hanya tersisa seribu rupiah saja. Degubnya tambah kencang karena saya hanya menyisakan uang tidak lebih dari empat ribu rupiah saja di rumah. Saya bertanya dalam hati, “makan apa keluarga saya siang nanti?” Meski kemudian buru-buru saya hapus pertanyaan itu, mengingat nama besar Allah yang Maha Melindungi semua makhluk-Nya yang tawakal.

Saya berangkat, terlebih dulu mengantar si sulung ke sekolahnya. Saya bilang kepadanya bahwa hari ini tidak usah jajan terlebih dulu. Alhamdulillah ia mengerti. Soal pulangnya, ia biasa dijemput tukang ojeg yang –syukurnya- sudah dibayar di muka untuk antar jemput ke sekolah.

Sepanjang jalan menuju kantor saya terus berpikir, dari mana saya bisa mendapatkan uang untuk menjamin malam nanti ada yang bisa dimakan oleh isteri dan dua putri saya. Urusan besok tinggal bagaimana besok saja, yang penting sore ini bisa mendapatkan sesuatu untuk bisa dimakan.

Tiba di kantor, tiba-tiba saya mendapatkan sebungkus mie goreng dari seorang rekan kantor yang sedang milad (berulang tahun). Perut saya yang sejak pagi belum terisi pun mendesak-desak untuk segera diisi. Namun saya ingat bahwa saya tidak memiliki uang selain yang seribu rupiah itu untuk makan siang. Jadi, saya tangguhkan dulu mie goreng itu untuk makan siang saja.

Sepanjang hari kerja, terhitung dua kali saya menelepon isteri di rumah menanyakan kabar anak-anak. “sudah makan belum?” si cantik di seberang telepon hanya menjawab, “Insya Allah, ” namun suaranya terasa getir. Saat itu, anak-anak sedang tidur siang.

Pukul lima sore lebih dua puluh menit saya bergegas ke rumah. Sebelumnya saya sudah berniat untuk menginfakkan seribu rupiah di kantong saya jika melewati petugas amal masjid yang biasa ditemui di jalan raya. Sayangnya, sepanjang jalan saya tidak menemukan petugas-petugas itu, mungkin karena sudah terlalu sore. Akhirnya, sekitar separuh perjalanan ke rumah, adzan maghrib berkumandang. Motor pun terparkir di halaman masjid, dan seketika mata ini tertuju kepada kotak amal di pojok masjid. “bismillaah…” saya masukkan dua koin lima ratus rupiah ke kotak tersebut.

Usai sholat, setelah berdoa saya meneruskan perjalanan. Tapi sebelumnya, tangan saya menyentuh sesuatu di kantong celana. Rupanya satu koin lima ratus rupiah. Kemudian saya ceploskan lagi ke kotak amal yang sama.

Sesampainya di rumah, isteri sedang memasak mie instan. Semangkuk mie instan sudah tersaji, “kita makan sama-sama yuk…” ajak si manis. Kemudian saya bilang, “abang sudah kenyang, biar anak-anak saja yang makan“. Anak-anak pun lahap menyantap mie instan plus nasi yang dihidangkan ibu mereka. Rasanya ingin menangis saat itu.

***

Keesokan paginya, isteri menggoreng singkong untuk sarapan. Alhamdulillah masih ada yang bisa dimakan. Sebenarnya hari itu masih punya harapan. Seorang teman isteri beberapa hari lalu meminjam sejumlah uang dan berjanji mengembalikannya Sabtu pagi. Namun yang ditunggu tidak muncul. Bahkan ketika terpaksa saya harus mengantar isteri menemui temannya itu, pun tidak membuahkan hasil.

Tiba-tiba telepon saya berdering, “Pak, saya baru saja mentransfer uang satu juta rupiah ke rekening bapak. Yang empat ratus ribu untuk pesanan 20 buku bapak yang terbaru. Sisanya rezeki untuk anak-anak bapak ya…” seorang sahabat dekat memesan buku karya saya yang terbaru.

Subhanallah, Allahu Akbar! Saya langsung bersujud seketika itu. Saya hanya berinfak seribu lima ratus rupiah dan Allah membalasnya dengan jumlah yang tidak sedikit. Ini matematika Allah, siapa yang tak percaya janji Allah? Yang terpenting, siang itu juga saya buru-buru mengeluarkan sejumlah uang dari yang saya peroleh hari itu untuk diinfakkan.

***

Saya bersyukur tidak memiliki banyak uang maupun tabungan untuk saya genggam. Sebab semakin banyak yang saya miliki tentu semakin berat pertanggungjawaban saya kepada Allah.

Motivasi Diri Di Kala Duka 2 - Tidak dapat apa yang kita minta

by Osman Affan from blog motivasibelajar.com

Motivasi Diri Di Kala Duka. Adakalanya, kita rasa sedih dan berduka kerana apa yang kita hajatkan, apa yang kita impikan dan apa yang kita selalu doakan belum hadir ke dalam hidup kita. Sebagai contoh, kita doakan kegembiraan, tetapi hidup kita masih penuh dengan kedukaan. Kita doakan kejayaan tetapi hidup kita masih penuh dengan kegagalan. Malah, kita doakan kekayaan tetapi kesusahan dan kesempitan hidup pula yang memunculkan diri.

Apakah doa kita tidak dimakbulkan? Adakah kita ada lakukan apa-apa kesalahan hingga apa yang kita minta, sebaliknya pula yang tiba?

Saya percaya, kita akan menjadi semakin resah jika kita tidak dapat apa yang kita inginkan. Malah kita rasa bertambah gelisah jika bukan sahaja apa yang diminta tidak tiba, perkara sebaliknya pula yang kerap muncul dalam hidup kita. Saya juga percaya, ada dua cara untuk melihat perkara ini.

Pertama, kita boleh lihat perkara ini dan berkata, “Oh…. kenapalah nasibku begini? Kenapa apa yang aku mahu tidak tiba? Adakah ada kesalahan yang kulakukan hingga tidak berhak mencapai apa yang diidamkan? Apakah sudah ditakdirkan aku akan susah dan sedih sepanjang hayat?”

Jika kita berfikir begini, hidup kita akan bertambah sedih dan mengecewakan. Mana tidaknya. Apabila kita sudah mula rasa semua perkara tidak kena, kita akan mula sentiasa melihat perkara-perkara yang tidak kena dalam hidup kita. Hendak pergi kerja atau sekolah, tiba-tiba hujan, basah satu badan. Sedih.

Motivasi Diri Di Kala DukaHendak menghulurkan bantuan kepada orang, entah kenapa orang itu pula tidak sudi menerima pertolongan. Sedih. Hendak menjadi rajin dan datang awal ke tempat kerja atau sekolah, dikutuk kawan-kawan dan dituduh sudah ‘buang tebiat’. Sedih.

Kedua, kita berusaha mencari maksud yang baik disebalik kejadian. Kita mencari sebab yang baik di atas sesuatu yang berlaku. Sebagai contoh, jika berlaku kemalangan, mungkin itu satu peringatan untuk kita lebih berhati-hati agar kemalangan yang lebih besar tidak berlaku. Jika kita dikutuk dan diumpat orang atas sesuatu usaha yang kita lakukan, mungkin ia satu ujian dan latihan agar kita menjadi lebih tabah dan sabar dalam menempuh dugaan yang lebih besar kelak.

Cara berfikir yang kedua ini adalah amat penting kerana ia bukan sahaja menghentikan kita daripada melihat kepada perkara negatif, ia juga mula membuka mata kita kepada perkara positif. Sebagaimana yang kita sudah tahu pula, perkara positif mengundang kegembiraan dan ketenangan dalam hidup kita.

Semasa saya sedang menyiapkan ijazah sarjana dalam bidang Bimbingan & Kaunseling di UIA, ada seorang pensyarah yang menceritakan sesuatu yang sangat menarik kepada saya. Kata beliau, ada satu doa yang beliau pernah dengar. Doa itu menjelaskan tentang perkara baik disebalik kejadian yang mungkin dianggap tidak baik.

Kata beliau lagi, ‘jika kita mohon kepada Allah untuk menjadi seorang yang bijaksana, Allah tidak menurunkan sifat bijaksana itu serta merta ke dalam minda atau akal kita. Sebaliknya Allah uji diri kita dengan masalah dan cabaran. Jika kita sabar dan berusaha untuk menyelesaikan masalah dan cabaran tersebut, hasilnya, kita akan jadi lebih bijak dan matang dalam mengendalikan masalah dan cabaran sebegitu. Bukankah itu yang kebijaksanaan yang kita doakan?’

Tambah beliau lagi, ‘jika kita mohon dan berdoa untuk memiliki kekayaan, Allah duga dan uji kita dengan kesusahan dan kesempitan hidup. Jika kita sabar dan berusaha untuk keluar daripada kesempitan hidup tersebut, kita akan jadi lebih bijak dan pandai dalam menangani masalah kesempitan hidup sebegitu. Hasilnya juga, kita akan jadi lebih kaya dan mewah daripada sebelumnya. Bukankah itu yang kita mohon dan doakan?’

Hari ini, apa kata kita renungkan apa yang sedang kita mohon dan apa yang sedang berlaku. Jika apa yang berlaku adalah sebaliknya, jangan cepat berduka atau susah hati. Tabahkan hati dan berusaha untuk hadapi situasi tersebut sebaik mungkin dan kita akan tersedar suatu hari nanti yang apa yang kita mohon dan doakan sudah benar-benar menjadi kenyataan. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 153,

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Selamat mencari kegembiraan di sebalik kedukaan.

by Osman Affan from blog motivasibelajar.com

Bas Mara

Satu kisah…..seorang wanita dalam perjalanan untuk ke stesen bas. Dia sekarang berada di Kuala Terengganu dan mahu bertolak ke Kuala Lumpur dengan menaiki bas ekspres. Bas dijadualkan bertolak pada pukul 9 malam dan sekarang jam menunjukkan pukul 8.45 malam.

“Ishh..cepatlah dik. Terlepas bas akak nanti.”

Si adik hanya mendiamkan diri. Keretanya yang tidak pernah rosak sebelum ini tiba-tiba sahaja meragam sebelum memulakan perjalanan tadi. Si kakak sudah tidak berhenti-henti merungut kerana bimbang tertinggal bas.

“Aduh…10 minit lagi…. jauh lagi ni!” rungut si kakak kerana memikirkan masih ada lebih kurang 15 kilometer lagi sebelum sampai ke perhentian bas. “Semuanya serba tak kena malam ni!” Katanya lagi.

“Takpe, selalu bas kan lambat bertolak. Cakap pukul 9, pukul 9.15, 9.30 baru bergerak….macam tak biasa,” sahut si adik untuk menenangkan diri sendiri dan diri si kakak. Si kakak tidak membalas, hanya memasamkan muka.

Tepat 9.05 malam, mereka sampai ke stesen bas. Malangnya, mereka diberitahu bas telah bertolak tepat pukul 9.02 minit tadi. Si kakak terus mengeluh. Si adik tidak berkata apa-apa. Si kakak akan terlepas masuk kerja esok. Si adik akan menerima leteran sepanjang malam.

Di awal pagi keesokan harinya, si kakak menerima berita yang agak mengejutkan. Bas yang bertolak malam tadi terkandas di sempadan Kemaman dan Pahang disebabkan banjir. Semua penumpang terpaksa bermalam di dalam bas dan ada juga yang dijemput oleh keluarga berdekatan untuk pulang semula ke rumah.

Si kakak menarik nafas panjang. “Kalau aku naik bas semalam, tidakkah aku kena tidur dalam bas yang sempit dan mungkin panas sepanjang malam?”

Si adik hanya tersenyum semasa mendengar berita tersebut.

Cerita tamat.

Satu persoalan yang bermain di minda saya. Pernahkah kita merungut, sedih dan murung tentang sesuatu sedangkan perkara tersebut sebenarnya adalah permulaan kepada sesuatu yang sangat menggembirakan diri kita? Pernahkah sesuatu yang kita sangka satu bencana atau musibah tetapi sebenarnya adalah satu rahmat kurniaan Allah? Inilah mesej yang perlu kita fikirkan bersama. Jika kita sedang dilanda kesedihan atau kekecewaan, mungkin ada rahmat dan kegembiraan yang sedang bersembunyi disebaliknya. Jika kita fokuskan minda kita secara positif kepada perkara ini, tahap kesedihan dan kedukaan yang kita alami akan menurun dan hati kita akan jadi lebih tenang. Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 216 yang bermaksud:

“Dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu, sedang ia lebih baik bagimu; dan boleh jadi kamu kasihi sesuatu, sedangkan ia melarat bagimu. Dan Allah mengetahui, tetapi kamu tiada mengetahui.”

Selamat mencari ketenangan dan kegembiraan dalam setiap perkara yang berlaku di dalam hidup kita.

Kata² Penulis : Setiap yang berlaku ada hikmahnya.